Aliran Asy-Ariyah

Pengertian Asy-Ariyah

Asy-ariyah diambil dari nama salah seorang kabilah Arab yang terkenal di Basrah, Irak yakni Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy'ari yang dilahirkan di Basrah, Irak. Al-Asy'ari sempat berguru dengan tokoh Mu'tazilah Abu Ali Al Jubai. Sehingga ia mempertahankan kembali konsep ajaran Mu'tazilah dengan pemahaman ahli fiqih dan ahli hadits. Aliran Asy-Ariyah merupakan suatu aliran yang menanggapi aliran mu'tazilah dan pokok ajarannya terhadap Wujud atau zat Tuhan, sifat-sifat Tuhan, keadilan Tuhan, kebebasan dalam berkehendak, akal dan Wahyu, kebaikan dan keburukan, serta qadim kalam Allah SWT. 

Sejarah Aliran Asy-Ariyah 

Golongan Asy-Ariyah muncul karena adanya perdebatan dasar aliran Mu'tazilah  antara Asy'ari dengan Abu 'Ali Al Jubba'i. Pada perdebatan tersebut membahas tentang persoalan Al-Ashlah atau keharusan mengerjakan yang terbaik bagi Tuhan dan dari perdebatan tersebut Asy'ari dapat melihat sisi kelemahan golongan Mu'tazilah. Selain itu,  dilatarbelakangi oleh sikap yang tidak puas terhadap konsepsi Mu'tazilah yang mengakibatkan adanya perpecahan kaum muslim. Sehingga membuat Asy'ari meninggalkan ajaran golongan Mu'tazilah dan mencari jalan tengah antara kaum salaf dengan kaum Mu'tazilah.

Pokok Ajaran Aliran Asy’ariyah

• Sifat-sifat Allah 
Golongan Asy-Ariyah berpendapat bahwa Allah SWT memiliki sifat azali (al-ilm,al-qudrat, al-iradah, al-bashar) dan khabar (al-'ain, al-yad, al-wajhu,dll) dan sifat-sifat tersebut tidak dapat disamakan dengan sifat yang melekat pada makhluk ciptaan-Nya. Dalam ajaran asy'ariyah ia tidak menanyakan bagaimana rupa, kaki, tangan, ataupun wujud dari Allah SWT maksud sifat-sifatnya adalah sifat yang sesuai dengan zatnya dan tidak sama dengan makhluk ciptaan Allah manapun.
• Kebebasan berkehendak
Asy'ariyah berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak namun kehendak tersebut tidak terlepas dari adanya kuasa Allah karena menurut Asy'ari segala perbuatan manusia hakikatnya merupakan perbuatan atau takdir yang telah ditetapkan Allah hanya saja manusia memiliki kemampuan untuk merubahnya.
• Kalam Allah 
Asy'ari membedakan kalam Allah menjadi dua yaitu kalam nafsi (bersifat abstrak) dan kalam lafdzi (dapat dibaca, ditulis, dan disuarakan) 
• Ru'yah kepada Allah
Asy'ari berpendapat bahwa Allah dapat dilihat di akhirat sebagaimana firman Allah dalam Quran surat Al qiyamah ayat 22-23. 
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.” (22)

 Kepada Tuhannyalah mereka melihat.” (23)

• Kedudukan orang yang telah berbuat dosa besar
Asy'ari mengemukakan bahwa orang mukmin yang masih mengisahkan Allah namun dia telah melakukan perbuatan dosa yang besar maka ia termasuk golongan orang yang fasih dan menyerahkan semuanya kepada Allah apakah orang itu akan diampuni dan akan masuk surga atau orang itu akan dijatuhi siksa neraka karena kefasikannya. 

Komentar