Aliran Mu'tazilah

Pengertian Mu’tazilah

Secara bahasa Mu'tazilah berasal dari kata 'azala yang berarti memisahkan diri. Sedangkan menurut istilah Mu'tazilah berarti suatu aliran yang mempunyai 5 pokok keyakinan, meyakini bahwa dirinya merupakan kelompok moderat atau mengambil tengah-tengah dan tidak memihak antara kelompok murji'ah dan kelompok khawarij karena kelompok ini dipengaruhi oleh pemikiran filsafat Yunani dan logika yang mengedepankan analisa akal dalam menafsirkan agama.  

Sejarah Aliran Mu’tazilah

Aliran Mu'tazilah pertama kali muncul di kota pasrah Irak pada abad ke-2 tahun 105 sampai 110 Masehi tepatnya pada masa Khalifah Abdul Malik dicetuskan oleh mantan murid Hasan Al Basri yang bernama wasil bin Atha'. Pada pada saat itu terdapat persoalan yang ditanyakan kepada Hasan Al bashri tentang bagaimana pelaku umat muslim yang melakukan dosa besar. Namun, belum sempat imam Hasan Al Basri menjawab, Wasil bin Atha' kemudian lancang menjawab bahwa menurutnya “umat muslim yang melakukan dosa besar itu tidak termasuk golongan orang kafir ataupun mukmin tetapi ia berada pada tengah-tengah diantara keduanya”. Kemudian Hasan Al Basri berkata "Wasil telah memisahkan diri dari kita". Lantas disebutlah ia dan para pengikutnya dengan golongan Mu'tazilah. 

Secara teknis aliran Mu'tazilah dibagi menjadi dua golongan. 
• Golongan pertama muncul saat respon politik murni di mana tumbuh kaum politik netral dan lunak dalam menanggapi pertentangan antara khalifah Ali dengan muawiyah
• Golongan kedua muncul akibat respon persoalan teologi tentang pelaku dosa besar yang berkembang di kelompok Khawarij dan Murji'ah akibat adanya peristiwa Tahkim. 

Ajaran Pokok Aliran Mu’tazilah

Pemikiran aliran Mu'tazilah terdiri dari lima landasan pokok atau Al Ushul Al khamsah, yaitu : 
• At-Tauhid : sikap pengesahan Allah yang merupakan prinsip utama dari ajaran mu'tazilah karena bagi mu'tazilah tauhid memiliki arti yang spesifik Tuhan harus disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti keesaannya, aliran ini juga beranggapan bahwa dengan Tauhid Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala dan tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya seperti yang dijelaskan pada Q.S. As-Syuara :11. 
..... “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.
• Al-Adl : merupakan konsep keadilan Tuhan di mana dalam ajaran dasar mu'tazilah menekankan bahwa Tuhan memiliki sifat yang sempurna dan Maha Adil baik dari menentukan perbuatan manusia, berbuat kebaikan, mengutus Rasul, dll. Dalam aliran ini juga berpendapat bahwa Tuhan memiliki beberap kewajiban diantaranya: Tuhan wajib berbuat baik pada manusia, menerapkan sikap yang belas kasih kepada manusia, dan menentukan tujuan diciptakannya manusia. 
• Al-Wa’ad wa al-Wa’id : Dalam ajaran ini menjelaskan tentang janji dan ancaman yang digunakan untuk sebisa mungkin mendorong umat manusia supaya berbuat baik pada sesama dan menjauhkan diri dari dosa. Seperti dalam Surah Al-Zalzalah ayat 7-8. 
Maka barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar zarah, niscaya dia akan melihat balasanya, dan barang siapa mengerjakan keburukan sebesar zarah niscaya dia akan melihat balasanya.

 • Al-Manzilah bain Al-Manzilatain : yang berarti tempat diantara kedua tempat ialah menurut pandangan mu'tazilah orang Islam yang mengucapkan dosa besar namun sampai hari akhirnya dia belum bertaubat maka orang itu tidak dihukumi sebagai orang kafir dan tidak pula orang mukmin tetapi ia termasuk di antara dari keduanya (fasiq). Konsep ini menjadi mazhab utama aliran mu'tazilah. 

• Al Amr bi Al Ma’ruf wa Al Nahi an Al Munkar : ajaran ini menekankan perintah untuk menyerukan kebajikan dan melarang keburukan. Namun, menurut mu'tazilah jika memang dalam suatu persoalan diperlukan kekerasan dalam mewujudkan ajaran tersebut maka kekerasan itu dapat ditempuh atau dilakukan. Seperti yang dijelaskan pada Qur'an Surat Al Imron ayat 104. 

Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Tokoh utama Aliran Mu'tazilah 

a. Wasil bin ‘Atha : merupakan murid dari Hasan Al-Basri yang cerdas, tekun belajar, dan berani menyatakan pendapatnya meskipun berbeda dengan gurunya sehingga ia kemudian bersama pengikutnya dinamakan golongan Mu’tazilah.
b. Abu Huzail al-Allaf : merupakan pengikut atau generasi dari Wasil bin Atha yang menyusun dasar-dasar Mu’tazilah (ushulul Khamsah). 
c. Abu Huzail al-Allaf : merupakan seorang filosof Islam yang memiliki pengetahuan tentang falsafah yunani dan salah satu penyusun ajaran Muktazilah yang bercorak filsafat.
d. An-Nazzam : yang berpendapat tentang keadilan Tuhan dimana Tuhan maha berkuasa dan maha adil dan tidak dapat atau mustahil Tuhan berlaku zalim karena menurutnya perilaku zalim hanya dilakukan oleh orang-orang yang bodoh dan tidak sempurna keimanannya. 
e. Al Jubba'i : merupakan guru Hasan Al Asy'ari (pendiri asy'ariyah) yang beranggapan bahwa untuk memecahkan segala persoalan yang ada mereka akan mengedepankan konsep akal. 

Komentar